Selasa, 28 Juli 2015

Grand New Avanza, Great New Xenia

Duo kembar Toyota-Daihatsu mulai menebar teror kelas low MPV yang sebelumnya dikuasai mereka juga. Bocoran-bocoran gambar bertebaran. Jika Avanza disematkan nama Grand New, maka Xenia baru meleset sedikit namanya dengan Great New. Secara desain jika dilihat dari samping siluetnya sih mirip-mirip versi sebelumnya. Desain depan memiliki perubahan palung banyak dengan lampu dengan potongan melengkung di belakang. Saya pribadi merasakannya desain lampu untuk duo ini kurang tegas karena lengkungannya itu.
Sepintas ada kemiripan dengan generasi awal Fortuner. Ada juga "rasa" Ford Ecosport dan sedan Vios baru. Tren Toyota yang pede dengan grill menganga juga diterapkan di Avanza. Sepintas juga tampak tinggi lampu juga meningkat. Terlihat begitu lebarnya garis bemper terbawah hingga lampu yang maksimal. Jadi agak bias juka dibilang ini low MPV karena garis desainnya mlipir juga ke low SUV. Coba lihat dari samping....

Dengan tingginya bemper hingga lampu terlihat sepintas mirip juga dengan SUV Mitsubishi Pajero. Iya apa nggak? Relatif juga sih ya.

Pindah ke belakang nampaknya tidak ada perubahan yang frontal dengan edisi sebelumnya. Hanya ditambahkan aksen lampu tambahan yang menempel di pintu bagasi layaknya Innova terbaru. Paduan ini seperti lampu belakang milik Avanza-Xenia lawas plus potongan lampu belakangnya Nissan Grand Livina. Iya apa nggak bro?


Monggo dicoba nanti di pertengahan Agustus. Kabarnya akan ada test drive di dealer-dealer. Menarik untuk dicoba. Mengingat duo ini mengusung teknologi pengabut bahan bakar baru berngaran Dual VVTI. Toyota dan Daihatsu mengklaim penggunaan Dual VVTI membuat konsumsi bbm yang lebih irit dan pembakaran mesin yang sempurna.

Kita tunggu.

Africa Twin? Honda CRF1000L

Bro semua...
Saya termasuk masih awam dalam hal pengetahuan roda dua dunia. Tahunya Honda Supra mulu...hehehe. Jebul di luaran sana ada legenda adventure dari sang raksasa Jepang, Honda. Terkenal dengan nama Africa Twin... Hehehe Kembar Afrika... Maksude opoooo. Nanti dibahas di artikel terpisah saja yah.

Ternyata rumor kedatangan versi barunya Africa Twin ini sudah lama, man. Penasaran jadulnya Africa Twin? Nih bisa dikira-kira buatan tahun berapa itu..

Yap.. dibuat di rentang tahun 1989 hingga 2003 Africa Twin dulunya bukan keluarga CRF melainkan dia memiliki nama XRF750. Memiliki bodi bongsor dengan ground clearance tinggi khas motor petualang.

Kembalil ke yang versi baru. CRF1000L dibenamkan di sasis cast aluminium  twin spar yang merupakan mesin yang sama sekali baru untuk Africa Twin. Dengan kapasitas bersih 998 cc dua silinder segaris sang africa Twin dilengkapi teknologi transmisi baru, man. Honda menamakannya Dual Clutch Transmission (DCT) yang mana memungkinkan pengendara bisa memilih transmisi manual atau otomatis. Oya? Hambuh..
menurut mereka sih saat mode otomatisnya on, ada komputer pintar yang tetap mengatur optimalisasi torsi saat menanjak dan engine brake saat menurun untuk membantu pengereman meski sudah ABS.

Seperti sobat ketahui engine brake diperlukan banget untuk jalan menurun agar motor mudah dikendalikan dengan feel manusia. Hehehee.

Rem ABS nya sendiri juga disematkan fitur switchable. Artinya bisa dinonaktifkan terutama utntuk yang roda belakang. Gunanya mungkin untuk manuver-manuver tertentu (ngepot) saat beraksi di lintasan off road yang kadang memang dibutuhkan untuk mengendalikan arah kuda besi saat dalam kecepatan tinggi di tikungan...srooook!!

Sobat bisa tengok ini desain Africa Twin yang baru. Bodi nampak lebih ramping dan memiliki shroud yang Honda banget. Mirip-mirip tebeng CBR. Di motorcyclenews.com disebut desain CRF100L ini agar memungkinkan sang rider untuk berpetualang di lintasan offroad sekaligus berdamai di lintasan aspal. Di sisi lain desain seperti ini juga tidak menyulitkan untuk yang pengen menggunakan sang petualang untuk motor harian. Komplet.

Saingan Honda CRF100L Africa Twin ada KTM 1190 Adventure R dan BMW R1200GS Adventure. Meski sebenarnya kalau disandingkan secara head-to-head tidak terlalu sepadan. Namun hal lain seperti kemudahan yang diberika Honda dengan Dual Clutch Transmissionnya bisa jadi daya tarik tersendiri untuk pemula. Tertarik?

Semoga berguna....

sumber: motorcyclenews.com dan kompas.com

Produk Honda dan BBM yang Cocok

Bro semua...
Disadur dari Kompas.com disini , produk AHM yang komplit mulai dari skutik entry level, bebek, sport sampai yang big bike memiliki spesifikasi yang tentu saja berbeda. Semenjak dirilisnya BBM baru berngaran pertalite yang punya RON 90 tersebutlah (hehehee..kayak dongeng) seorang dosen teknik mesin ITB, Tri Yuswidjajanto membeberkan kecocokan bahan bakar untuk produk Honda. Mengapa Honda aja? Hehehehe meneketehe...



Pak Yus ini ternyata ikut menjadi anggota tim peneliti Pertalite. Beliau menjelaskan spek mesin sebaiknya sesuai dengan kadar RON suatu bahan bakar, "Menggunakan bahan bakar memang harus disesuaikan dengan rasio kompresi. Terlalu rendah spek bahan bakar akan berkurang tenaganya, kalau terlalu tinggi juga tidak maksimal terhadap mesin kendaraan," ujarnya.

Bahan bakar dengan kadar RON 88 (Premium)ideal dikonsumsi untuk kendaraan dengan rasio kompresi 9 ke bawah. Pertalite memiliki RON 90 untuk kendaraan berasio kompresi 9-10. Di atas itu, 10-11, cocok pakai RON 92 (Pertamax). Sedangkan rasio kompresi 11-12 lebih ccock pakai RON 95 (Pertamax Plus).

Nih detailnya..

Model Sepeda Motor Honda dan Konsumsi BBM-nya

Bebek
Kompresi
Bahan Bakar
New Honda Blade
9,3 :1
Pertalite
New Revo FI
9,3 :1
Pertalite
New Supra X FI
9,3 :1
Pertalite
Supra X PGM-FI
9,3 :1
Pertalite
     
Skutik
Kompresi
Bahan Bakar
Beat Pop eSp
9,5 : 1
Pertalite
All New PCX
10,6 : 1
Pertamax
All New Scoopy eSP
9,5 : 1
Pertalite
Spacy PGM FI
9,2 : 1
Pertalite
Vario 125 eSP
11,0 : 1
Pertamax
Vario 150 eSP
10,6 : 1
Pertamax
New Vario FI
9,2 : 1
Pertalite
     
Sport
Kompresi
Bahan Bakar
CBR 150R
11,0 : 1
Pertamax Plus
CBR 250R
10,7 : 1
Pertamax
Mega Pro FI
9,5 : 1
Pertalite
Verza
9,5 : 1
Pertalite
     
Big Bike (moge)
Kompresi
Bahan Bakar
CB 500 F
10,7 : 1
Pertamax
CB 500 X
10,7 : 1
Pertamax
CB 650 F
11,4 : 1
Pertamax Plus
CBR 1000 RR
12,3 : 1
Pertamax Plus
CBR 650 F
11,4 : 1
Pertamax Plus
NM4 Vultus
10,7 : 1
Pertamax

Pada prakteknya mungkin untuk bro semua yang di daerah-daerah yang agak kesuitan mendapatkan pertamax biasanya memaksa kendaraannya minum premium yang beroktan rendah 88. Secara kasat mata sih memang tidak terlalu berefek ya.

Yang baru saya tahu malah itu CBR 150 R kompresinya malah ebih tinggi dari yang 250 cc. Justru Kompas keliwatan dengan memasukkan CB150R StreetFire ke daftar itu. Kompresi CB150SF sih sama saja dengna CBR 150 R New.

Pertalite sekarang ini dijual 8.400 rupiah dan kabarnya beberapa bulan kemudian disesuaikan lagi harganya di rentang 8.700 sampai 8.900 rupiah. Semoga saja Pertamina mempercepat  penyebaran pertalite ini ke pelosok. Kenapa, karena lihat saja list di atas. Baik di kota maupun desa motor-motor canggih itu ada. Di Jepara CBR150R aja bejibun yang pede nenggak premium. hehe

Semoga berguna.

sumber: Kompas.com dan lainnya












Kamis, 16 Juli 2015

Coretan Pak Hoesie




Seingatku bapak belum pernah langganan koran sore Wawasan. Dari dulu hingga saat ini langganan Suara Merdeka. Di SM yang paling kukenal itu kartunnya mas Joko Susilo dengan ciri khas anak kecil udele bodong yang sering nimbrung di tiap karyanya. Pak Koesnan Hoesie, pertama saya tahu dari facebook temen wartawan Wawasan biro Jepara, Pak Erte kalau saya panggil dia. Lengkapnya Budi Santoso, orang Semarang. Suatu kali Pak Erte ini pasang gambar profil baru berupa kartun dia berkalung karma DSLR dan nggendong si buah hatinya yang laki-laki. Dari kartun itu saya seperti pernah melihatnya di suatu media. Nah setelah ditelusuri kartun itu karya Pak Hoesie.
Saya tertarik dengan gayanya Pak Hoesie. Coretan beliau sepertinya asal dan tidak terlalu mementingkan kerapihan. Saya bayangkan prosesnya ini pasti cepat. Corat-coret, kasih warna sedikit….dan jadi! Itu bayangan saya. Bisa saja salah. Terbukti ketika awam seperti saya coba menggambar model seperti itu pun susah.



Coretan yang terkesan asal-asalan tetapi mata kita tak bisa menolak jika kita bilang pose di tiap karakter gambar di atas memiliki gaya yang tidak wagu dan nyaman dilihat. Bentuk kepala yang asal mblenduk pun asyik dinikmati dan tampak lucunya.

Saya sering kesulitan menentukan lekuk-lekuk siku dan lutut untuk menciptakan pose yang manusiawi bagi mata penikmat kartun. Tapi Pak Hoesie dengan tang kelihatannya asal coret itu bisa sreg di hati penikmat kartun.

Pernah saya iseng bertanya via komen di Facebook. Saya tanya soal alat tulis apa yang beliau gunakan untuk menggambar. Dengan singkat beliau jawab, "Dengan tinta Cina" Wow.... seketika itu langsung saya googling dan mendapati bahwa memakai tinta Cina tentu memakai kuas. Semakin kagum saya. Itu menurut saya memiliki tingkat kesulitan tinggi. Meski di beberapa karyanya saya juga mendapati beliau sepertinya memakai spidol hitam kecil. Kalau tidak salah.

Bagi saya gaya Pak Hoesie di karya-karya kartunnya sangat cocok. Centil, nggombloh, tampak ngasal dan yang pasti ada nilai lucu dan kritik.