Seingatku bapak belum pernah langganan koran sore Wawasan.
Dari dulu hingga saat ini langganan Suara Merdeka. Di SM yang paling kukenal
itu kartunnya mas Joko Susilo dengan ciri khas anak kecil udele bodong yang
sering nimbrung di tiap karyanya. Pak Koesnan Hoesie, pertama saya tahu dari
facebook temen wartawan Wawasan biro Jepara, Pak Erte kalau saya panggil dia.
Lengkapnya Budi Santoso, orang Semarang. Suatu kali Pak Erte ini pasang gambar
profil baru berupa kartun dia berkalung karma DSLR dan nggendong si buah
hatinya yang laki-laki. Dari kartun itu saya seperti pernah melihatnya di suatu
media. Nah setelah ditelusuri kartun itu karya Pak Hoesie.
Saya tertarik dengan gayanya Pak Hoesie. Coretan beliau
sepertinya asal dan tidak terlalu mementingkan kerapihan. Saya bayangkan
prosesnya ini pasti cepat. Corat-coret, kasih warna sedikit….dan jadi! Itu
bayangan saya. Bisa saja salah. Terbukti ketika awam seperti saya coba
menggambar model seperti itu pun susah.
Coretan yang terkesan asal-asalan tetapi mata kita tak bisa
menolak jika kita bilang pose di tiap karakter gambar di atas memiliki gaya
yang tidak wagu dan nyaman dilihat. Bentuk kepala yang asal mblenduk pun asyik dinikmati dan tampak lucunya.
Saya sering kesulitan menentukan lekuk-lekuk siku dan lutut untuk menciptakan pose yang manusiawi bagi mata penikmat kartun. Tapi Pak Hoesie dengan tang kelihatannya asal coret itu bisa sreg di hati penikmat kartun.
Pernah saya iseng bertanya via komen di Facebook. Saya tanya soal alat tulis apa yang beliau gunakan untuk menggambar. Dengan singkat beliau jawab, "Dengan tinta Cina" Wow.... seketika itu langsung saya googling dan mendapati bahwa memakai tinta Cina tentu memakai kuas. Semakin kagum saya. Itu menurut saya memiliki tingkat kesulitan tinggi. Meski di beberapa karyanya saya juga mendapati beliau sepertinya memakai spidol hitam kecil. Kalau tidak salah.
Bagi saya gaya Pak Hoesie di karya-karya kartunnya sangat cocok. Centil, nggombloh, tampak ngasal dan yang pasti ada nilai lucu dan kritik.
Saya sering kesulitan menentukan lekuk-lekuk siku dan lutut untuk menciptakan pose yang manusiawi bagi mata penikmat kartun. Tapi Pak Hoesie dengan tang kelihatannya asal coret itu bisa sreg di hati penikmat kartun.
Pernah saya iseng bertanya via komen di Facebook. Saya tanya soal alat tulis apa yang beliau gunakan untuk menggambar. Dengan singkat beliau jawab, "Dengan tinta Cina" Wow.... seketika itu langsung saya googling dan mendapati bahwa memakai tinta Cina tentu memakai kuas. Semakin kagum saya. Itu menurut saya memiliki tingkat kesulitan tinggi. Meski di beberapa karyanya saya juga mendapati beliau sepertinya memakai spidol hitam kecil. Kalau tidak salah.
Bagi saya gaya Pak Hoesie di karya-karya kartunnya sangat cocok. Centil, nggombloh, tampak ngasal dan yang pasti ada nilai lucu dan kritik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar