Senin, 14 Februari 2011

Sepeda, Hikayat Roda Dua

Maraknya Car Free Day atau hari bebas kendaraan bermotor (bukan hari beli mobil gratisan) di kota-kota di Indonesia mendongkrak keras penjualan sepeda. Hampir tiap sore dan akhir pekan apalagi pada minggu pagi dan hari libur, pasti banyak orang yang tiba-tiba peduli lingkungan dengan bersepeda. Bagi orang yang berpikir negatif mungkin akan berkata, "ah, paling-paling bentar lagi juga udah ganti tren...".

Tren, inilah kata yang kadang dipakai oleh penjual (baca: produsen) sepeda untuk meraup pembeli. Kalau tidak salah dulu jaman bapak saya muda, sepeda yang paling ngetren adalah sepeda BMX. Kata tetangga, pakdhe dan orang tua lainnya BMX adalah sandalnya anak muda, kemanapun BMX selalu mengiringi. Tren ini bertahan cukup lama hingga pada 90-an muncul sepeda yang kalau masyarakat sekitar rumah saya menyebutnya dengan "pit federal". Istilah ini muncul karena waktu itu yang paling banyak dibeli orang adalah sepeda jenis MTB (sepeda gunung) dengan merk Federal. Rata-rata dengan ring 26" dan mampu menggeser kepopuleran BMX denga 20" dan 24" -nya.

Sepeda BMX sempat digandrungi anak muda tahun 70 dan 80-an
Tetapi tren tetaplah tren, yang pasti masyarakat tetap menyukai sepeda apapun tren yang berkembang sesuai jamannya. seperti sepeda "jengki" atau "onta" yang selalu hidup kapanpun sebuah tren melanda pecinta sepeda. Bukan melulu gagap akan kebersihan lingkungan maka kita gembar-gembor untuk bersepeda. Tetapi bersepeda adalah sebuah kebutuhan, kebutuhan untuk sehat, kebutuhan untuk bersosialisasi, kebutuhan untuk bergaya, kebutuhan untuk beratraksi, serta sebuah bentuk kecintaan akan sebuah kendaraan.

Pada kenyataannya setiap jenis sepeda saat ini tidak terpaku pada jenis dan tren yang berkembang. Setiap jenis sepeda memiliki penggemarnya masing-masing, dibuktikan dengan banyaknya kelompok-kelompok dengan sepeda tertentu yang selalu menghidupkan konsistensi berkendara, meski terkotak-kotak atas nama kebutuhan. 

Salah satu sepeda gunung terbaru dari produsen Scott.
Sepeda seperti ini menjadi raja pada 90-an hingga kini masih banyak pencintanya.
Ya, kebutuhan adalah segalanya. Seperti yang pernah saya alami ketika ditanya seorang calon pembeli sepeda di sebuah distributor sepeda Polygon di kawasan Pasar Jepara II. Bapak paruh baya itu bertanya pada saya, "Mas, bagusan mana yang ini (Polygon Xtrada 4.0 2011) ataukah yang ini saja (Axion 1.0)?". Saya balik bertanya padanya mana yang lebih bapak inginkan? Dia bilang yang Axion hanya karena ada shock belakangnya. Ahhhh, tapi segera saja kutanya, bapak rutenya kemana aja? Kalau lebih banyak di aspal dan sesekali turun ke tanah ya mending yang Xtrada, kalo yang ada per belakangnya lebih capek.


Tidak ada komentar: